Sang Maestro Alam
Karya: Aaf Mahfudli Firdaus
Sebut saja aku Joe. Aku seorang vocalis salah satu band ternama di Indonesia. Aku
kaya,ganteng,populer,di incar banyak wanita dan pastinya aku dapat dengan mudah mendapatkan semua
yang kuinginkan. Namun hanya satu keinginan yang sulit untuk aku dapatkan.
Yaitu cinta dan kasih sayang dari kedua orang tuaku.
Mamih…dalam kesehariannya beliau selalu sibuk dengan
semua aktivitasnya yang padat. Seperti : Arisan,Bisnisnya yang mulai
berkembang,salon,fitness dan masih banyak lagi aktivitas yang beliau lakoni
diluar sana. Ia juga orang yang menjodohkanku dengan
Sella.
Papih…dalam kesehariannya,
beliau selalu menghabiskan sepertiga waktunya dikantor.
Beliau juga
selalu tidak mempunyai waktu luang dengan keluarga, karena memang hidup beliau di kantor. Berbagai
aktivitas dijalani oleh beliau seperti meeting dengan klien-lah,kerja
lemburlah,kejar tender-lah dan masih banyak lagi aktivitasnya yang super banyak
dan numpuk.
Aku.....Tak mau kalah dengan mereka, Aku dapat menghabiskan hampir seluruh waktuku berada
diluar rumah. Seperti : Konser tour keliling kota,promo album,syuting video
clip,terkadang pula ada tawaran syuting iklan yang menawariku untuk menjadi
modelnya,itulah kegiatanku yang padat dan melelahkan. Namun jika ada
waktu luang aku selalu memakainya untuk mengunjungi bar-bar ternama dikota ini
atau bahkan ikut trek balapan liar yang diadakan pada malam tertentu.
***
Suatu hari disaat sang mentari memancarkan sinar
hangatnya,dan merasuki
setiap sudut kamar. Aku mulai membuka mata,
melihat cakrawala, sambil
memandangi kondisi sekitar. Namun Aku langsung
terkejut, mendapati diriku tidur tanpa busana. Aku mulai ingat kejadian-kejadian apa sajakah yang menimpaku semalam. Lalu
Aku tersentak saat menoleh kearah samping kiri
terdapat Sella yang masih terlelap dalam tidurnya. Seketika
saja aku merasa syok mengingat Sella adalah wanita yang benar-benar kubenci
akhir-akhir ini. Ingin rasanya
aku membunuh gadis berhati iblis tersebut mengingat berbagai peristiwa yang menyesakkan
hati saat berinteraksi dengannya.
Karena
tidak ingin terjadi hal-hal yang diinginkan, Aku pun langsung memakai semua
busanaku dan bangkit dari tempat
tidur. Mengingat
pagi ini aku ada jadwal konser disalah satu stasiun swasta ternama di negeri
ini.
Kring…kring…kring…suara ringtone handphone pun
berdering,pertanda ada panggilan masuk. Segera aku ambil handphone tersebut dan
tertera nama Deni,
“Hallo…ada apa Den?”
“Woooyyy dimana loe?Gila udah jam berapa nih?cepetan
kesini,betah banget berduaan sama si Sella,niat kerja kagak loe?”
“Iya-iya sorry sob,Gue On the way deh tapi tunggu
bentar ya lima menit lagi soalnya belum mandi,habis semalem pusing banget”
“Halahhhhhhhhhhh….pusing segala,kelamaan bergerilia
sih semalem,hahahahaha,loe mandi atau nggak sama aja,bau..pokoknya loe harus
nyampe disini sepuluh menit sebelum acara dimulai,kalau nggak gue gak jamin pak
produser bakal ngomelin loe”
“Whahhh kampret loe…tapi masa gue tampil bau gini sih?”
“Gue dan anak-anak gak mau tahu pokoknya,
kalau loe gak mau kenapa-kenapa dengan karier loe..loe
datang on time”
Tuttt…tutttt…handphone pun menjadi hening.
Tanpa
basa-basi Aku pun langsung pergi
meninggalkan hotel dengan pakaian seadanya menuju acara dimana teman-teman bandku berada. Tak
lupa aku mengganti kaos yang kupakai dengan kaos yang selalu kubawa didalam
mobil. Setelah merasa semua prepare yang kulakukan selesai,langsung ku mulai
menancapkan gas mobil dengan gesit.
Didalam
perjalanan aku sempat merasa
bosan dan untuk membuang hal tersebut segera aku mengambil taking vocal sambil latihan sebelum
manggung. Dengan menyanyikan sebuah
lagu andalan yang dibuat oleh Deni,
tiba-tiba saja suaraku berubah
menjadi serak-serak payau dan nyaris habis. Aku syok
saat mengetahui keadaan suaraku saat ini. Bagaimana mungkin aku dapat bernyanyi
dengan suara seperti ini? Terbesit sebuah ingatan yang mengingatkanku bahwa
tadi malam aku diberi sebuah minuman oleh Sella yang entah apakah itu.
kuraih handphone BB milikku yang tergeletak dijok sebelahku. Kucari dikontak sebuah nama yang aku muak melihatnya. Sella,ya dialah yang akan kuhubungi.
kuraih handphone BB milikku yang tergeletak dijok sebelahku. Kucari dikontak sebuah nama yang aku muak melihatnya. Sella,ya dialah yang akan kuhubungi.
“Hello…hy sayang,ada apa?kangen ya?ikh kamu kok
ninggalin aku sih?”(Sella)
“Heh…Loe jangan so’pura-pura manis ya?udah deh gue to
the point saja,loe apain suara gue?loe kasih minum apa gue semalem?”(Aku)
“Oh itu?bukan apa-apa kok,hanya minuman
yang, apa ya?mmhhh gitu deh”,(Sella)
“Dasar
cewek ular loe...apa sih mau loe?”(Aku)
“Jangan
pernah sesekali berkata kasar kepadaku, karena Sella tidak akan pernah
kehilangan akal untuk menghancurkan setiap orang yang kau sayangi”(Sella)
“Loe
boleh mencoba ngehancurin semua yang gue punya,tapi ingat jangan pernah loe
melukai ataupun menyentuh keluarga gue”(Aku)
“Gak
usah banyak bacot,ikuti semua skenario gue”(Sella)
Telpon pun langsung aku banting ke
jok mobil samping kiriku,karena memang Sella selalu membuatku kesal. Aku
benar-benar tak habis pikir dengannya. Karena dia selalu menjadi bayang-bayang
didalam hidupku. Semua harta hasil jerih payahku hampir separuhnya diambil oleh
wanita itu. Aku benar-benar sulit untuk melepaskan diri dari belenggunya, karena
ia dapat dengan mudah menghasut semua orang yang dia kenal. Seribu cara telah
aku lewati untuk menjauhkan diri dari Sella tetapi tetap saja aku merasa semua
usahaku itu nihil.
Akan tetapi ketikaku ingat akan
sesuatu hal,jantungku terasa terhentak memikirkan hal tersebut. Dompetku, ya
dompetku ternyata tertinggal dikamar hotel semalam. Pikiran burukku terus saja
menghantui segala yang ada pada sisi negatif Sella. Semua tabungan hasil kerja
kerasku hilang sudah karena Sella mengetahui nomor pin ATM-ku. Ia juga pasti
dengan bebas memakai kartu kredit banking yang tersedia didalam dompetku. Aku
harus secepatnya memblokir semua kartu yang ada didalam dompetku.
Semua pikiran itu terus saja
mengelilingi otakku yang seakan-akan beban otakku semakin bertambah. Bahkan
saat ini pun aku sampai lupa bahwa aku ada konser manggung diacara televisi
swasta. Tiba-tiba munculah seorang gadis yang berpenampilan lusuh dan berjalan
pincang menyebrang jalan secara mendadak. Spontan Aku kaget disertai panik yang
akhirnya aku melakukan banting stir kiri dengan cukup keras. Peristiwa itu
terasa begitu cepat hingga akhirnya mobil yang kukendarai menabrak sebuah trotoar
dan berhenti setelah menghantam sebuah tiang penyangga jalan layang.
Aku bersyukur kali ini aku masih
diberikan umur panjang oleh Allah Swt, Tuhan yang maha kuasa atas segala sesuatu yang ia
kehendaki. Bemper depan mobilku remuk serta mengeluarkan asap tebal dari dalam
mesin mobil. Segera aku keluar mobil dan menghampiri gadis pincang yang
berpakaian lusuh itu. Panjang lebar aku memaki-maki dan memarahi gadis yang
kurasa seumuran denganku itu.
Dengan sorot mata yang penuh luapan
emosi aku pun menatapnya tajam,“Loe mau bunuh diri, tiba-tiba nyebrang gitu
aja?hah?kalau jalan pakai mata dong,jangan mentang-mentang loe pincang dan
gembel, gue tiba-tiba simpatik sama loe ya?”
Kulihat gadis tersebut merasa
bersalah sambil menundukkan wajahnya kebawah,“Ma...ma...maafkan saya mas,saya
tadi buru-buru dan tidak hati-hati...saya mengaku salah”
Aku berkata pada gadis itu dengan
nada yang tinggi dan serak-serak payau,“Apa?cuman minta maaf doang?ehhh loe
ngomong pake otak ya?loe tahu gak berapa kerusakan yang harus gue ganti
sekarang,hanya gara-gara keteledoran loe yang gak guna sama sekali?”
Aku
pun habis-habisan memaki gadis yang berpenampilan sederhana dan usang tersebut.
Namun tak lama kemudian datanglah masa yang sangat banyak mengerumuni kami
berdua. Salah seorang ibu-ibu dari masa yang mengerumuni kami tiba-tiba
menghampiri. Terlihat raut wajah ibu tersebut memendam rasa amarah
padaku,”Hehh...Mas Joe,jangan loe mentang-mentang artis ya?seenaknya menghina
orang?biarpun dia serta kami didaerah sini miskin dan bahkan gembel,tapi kami
masih punya hati dan bersolidaritas tinggi”
Aku
pun menghampiri ibu-ibu bertubuh gemuk tersebut dengan suara yang nyaris habis,”Tapi
dia salah bu,asal ibu tahu saja kalau dia tertabrak bagaimana?mana saya
buru-buru lagi sekarang..Ibu mau mengambil resiko semua ini?”
Ekspresi
kemarahan ibu-ibu tersebut semakin menjadi,aku pun langsung disemprot
olehnya,”Hehhh mas Jaga sikap dong,kalau mas masih saja memperpanjang perkara
ini,saya jamin orang-orang yang hadir saat ini tidak akan tinggal diam”
Satu-satunya
jalan yang kuhadapi melawan masa tersebut hanyalah diam dan pasrah. Mungkin
hari ini adalah hari kesialanku. Tak lama kemudian sebuah nada dering pertanda
telpon masuk muncul di hpku. Tertera nama manager yang langsung ku angkat.
Didalam
percakapan tersebut sang manager terus saja memarah-marahiku karena memang aku
sedang ada perkara. Aku sudah berusaha menjelaskan apa yang menimpaku saat ini
pada sang manager tapi dia bilang,penonton tidak mau tahu apa yang terjadi pada
idolanya sekarang. Bahkan sang Produserku pun mengancam akan memecatku jika aku
tak hendak datang dalam waktu setengah jam kedepan. Aku sempat menepuk jidat
saat mendengar pernyataan tersebut. Mengingat berbagai masalah pernah aku alami
yang membuat produserku berulang kali uring-uringan.
Saatku
belum sempat menutup telpon tiba-tiba saja kulihat dua orang polisi menghampiri
tkp dimana ku alami kecelakaan. Aku benar-benar lemas saat kejadian itu,apalagi
saat salah satu dari dua polisi tersebut menghampiriku dengan sopan.
“Maaf
pak,saya bisa lihat surat kelengkapan kendaraan anda?”
“Maaf
pak Dompet saya ketinggalan dihotel,”ujarku seadanya,
Setelah
itu aku mulai diintrogasi oleh polisi tersebut secara men-detail. Aku hanya
bisa menjawab seadanya juga saat pak polisi tersebut berusaha mencari apa
penyebabku kecelakaan dan kesalahan tak membawa surat keengkapan kendaraan. Namun
tiba-tiba aku merasakan sebuah perasaan yang begitu sedih disaat aku melihat
jam tangan yang ternyata, setengah jam telah berlalu dan itu artinya.....
Aku
benar-benar menangis penuh kesedihan dikala ingat semua kerja kerasku hancur
dalam seketika. Aku tak tahu harus berbicara apalagi saat itu,pikiranku terus
saja berputar memikirkan masa depan yang menghantui begitu kelam.
Sementara
kulihat Gadis gembel tersebut berusaha menghampiri dan meminta maaf dengan rasa
bersalahnya,”Maafkan saya mas,saya tidak sengaja...Pak tolong bebaskan dia,dia
tidak bersalah,lagi pula saya juga sehat walafiyat tidak ada luka apapun. Saya
mohon pak lepaskan saja,Saya juga mengakui ini keteledoran saya”
Pak
Polisi dengan bijaknya berkata,”Maaf mbak,ini bukan soal keteledoran anda. Tapi
saudara ini tidak hati-hati,membahayakan banyak orang,tidak membawa
surat-surat,serta merusak fasilitas umum,makanya perlu dipertimbangkan”
Setelah
sekian menit pemeriksaan yang membuat jalanan macet akhirnya aku pun digelandang
ke kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sepertinya kesialan ini belum
juga berakhir. Karena tak lama setelah kejadian tersebut,Pihak televisi swasta
menuntutku untuk mengganti rugi atas batalnya konser band-ku yang seharusnya
digelar beberapa hari yang lalu. Pihak stasiun televisi swasta tersebut
menuntutku agar mengembalikan honor yang telah diberikan sebesar 2x lipat.
Seminggu
kemudian aku pun masih dalam proses sidang sehingga aku belum diputuskan untuk
ditahan atau tidak. Dihari itu aku pun mengunjungi sebuah pantai yang berada
dikota kelahiranku ini.
Setapak
demi setapak hamparan pasir putih tersebut, ku lalui dengan menelusuri indahnya
setiap langkah dan segarnya udara dipagi hari. Kini ku mencoba berdiri,
menikmati aroma laut yang begitu menusuk raga,memandang senja,menghiasi
cakrawala,serta membelah samudera. Ombak laut menghilir mudik,bergulung-gulung
seolah tak ada henti-hentinya mengejar sebuah impian dan angan yang tiada tara.
Ya
Allah...Salah apakah aku ini? Kau berikanku cobaan yang begitu berat. Kau ambil
semua harta hasil jerih payahku selama ini dengan cepat,kau ambil semua
pekerjaanku,kau ambil semua yang ku cita-citakan. Bencikah kau pada hamba-Mu
yang lemah ini? Kini aku sudah tidak tahu lagi apa itu arti hidup yang
sebenarnya?
Aku
pun berusaha memejamkan mata,merasakan suara-suara alam yang begitu menyeruak
tabir kehidupan. Menghirup semilir angin dan merasakan kesegaran yang
menyejukkan qalbu. Terdengarlah sebuah alunan-alunan simphony yang begitu
meresap jiwa menggetarkan emosi didada. Alunan-alunan tersebut kian terpancar
dengan semerbak-semerbak melodi yang menenangkan hati.
Kini
aku berusaha membuka mataku secara perlahan dan berusaha untuk mencari siapakah
sang Maestro yang memainkan alunan-alunan tersebut? Aku berjalan mengikuti
alunan simphony yang semakin lama semakin mewarnai indahnya hidup ini.
Senyum
kebahagian kini tersungging diantara sudut bibirku. Nampaklah seorang gadis
belia sedang duduk memandangi laut sambil tangannya yang mungil terus saja
memainkan snar-snar biola yang begitu syahdu. Didalam hati kecilku
berkata,”Inikah sang Maestro tersebut?”
Aku
menghela nafas dalam-dalam sambil mencoba duduk disebelah gadis yang kini
kusebut Maestro didikan alam. Lalu Ku mencoba menyapa gadis berjilbab panjang
dengan pakaiannya yang serba tertutup itu. Namun secara tiba-tiba hatiku merasakan
hal miris saat melihat pakaian yang dikenakan sang maestro alam tersebut, benar-benar
lusuh dan tak layak pakai. Tapi Sorot mataku terus saja memandang seluruh
gerak-geriknya yang terlihat begitu sederhana namun indah. Hatiku yang entah
mengapa begitu terasa nyaman saat berada disampingnya. “Hay...Alunan biolamu
bagus,aku takjub mendengarnya, boleh aku berkenalan?”
Gadis
itu pun menoleh kearahku dengan lembutnya. Akantetapi aku begitu syok saat
mengetahui jika gadis tersebut ternyata gadis yang sempat menyebabkan aku
kecelakaan. Astaga,dunia ini terasa begitu sempit bagaikan seluas daun kelor.
Tapi kini aku tak ingin memaki-makinya karena aku sadar jika aku salah menilai
gadis yang sangat kukagumi ini.
Segera
aku meminta maaf kepadanya,atas apa yang telah aku lakukan selama ini, karena
memang aku ingin berteman dengannya. Dan aku merasa lega disaat mengetahui jika
gadis itu bersedia menjadi sahabatku untuk selamanya.
Alhasil,
berhari-hari kemudian aku pun sering menghabiskan waktu bersama gadis sang
maestro alam tersebut. Sering aku diajak ngamen bersama dia untuk sekedar
mencari nafkah dan itu menjadi pelajaran penting bagiku tentang arti hidup yang
sebenarnya. Tak lupa pula aku menyamar menjadi orang lain mengingat jika aku
tak seperti itu maka para fans akan menyerbuku tanpa pegawalan ketat. Sempat
pikiranku melayang disaat gadis itu memainkan biolanya dengan lembut. Oh
Tuhan,kau berikanku seorang peri cantik yang mengajariku tentang pentingnya
arti hidup. Kau memberikanku sang Maestro alam yang bersedia mengajariku
bagaimana bertahan hidup didalam kerasnya dunia ini.
Kini
aku paham bagaimana arti hidup yang sebenarnya. Karena Hidup adalah kesempatan
dimana dan bagaimana seseorang itu menggunakan waktu,harta,tahta,serta nyawanya
dengan baik. Perlahan hatiku mulai tersentuh atas apa yang gadis itu ajarkan
sesuatu yang begitu berharga untukku. Aku sadar bahwa aku ini telah lalai
menggunakan waktuku dengan sia-sia. Oleh karena itu aku berusaha untuk
bertaubat dan kembali pada jalan yang benar,
mengingat telah
lama aku meninggalkan sembah sujudku pada Ilahhi Rabbi.
Keesokkan
harinya aku kembali menemani gadis sang maestro tersebut untuk mengamen. Dari bis ke bis kami lalui
bersama dengan keceriaan dan canda tawa. Tak lupa kami juga mengamen dari lampu
merah satu ke lampu merah yang lainnya seolah tak ada kata lelah dan menyerah
menghampiri kami saat itu. Berbagai pelajaran penting telah ku alami hingga ku
mengerti bagaimana kerasnya hidup dan susahnya mencari uang.
Akan
tetapi disaat aku menemani gadis tersebut untuk mengamen di lampu merah. Secara
tiba-tiba aku melihat seorang wanita bertubuh sintal dan tinggi turun dari
mobilnya menghampiri kami berdua. Sekilas aku langsung mengenali siapa wanita
yang memakai baju glamour dengan kacamata hitam dikepalanya tersebut. Secara
perlahan aku mulai melangkahkan kakiku secara mundur. Namun tiba-tiba saja
seorang pria telah menangkapku dari arah belakang yang ternyata itu pak
Tedjo,supir pribadiku.
Tak
kusangka akhirnya wanita yang kupanggil Mamih tersebut langsung memarahiku habis-habisan,
melihat ku melakukan pekerjaan menjijikan dimatanya. Tak lupa gadis itu pun
menjadi gunjingan pedas sang Mamih yang tak henti-hentinya memaki-maki gadis
itu dengan kasar. Kulihat sorot mata gadis itu memancarkan kekecewaan yang
teramat pedih padaku. Bola matanya kini dilapisi oleh tetesan air mata yang
membendung kesedihan. Bibirnya yang mungil bergetar seolah rasa takut itu terus
saja menghantui berbagai pikirannya yang melayang. Tak kuasa atas apa yang ia
terima dari perkataan mamih yang menyakitkan hati, gadis tersebut secara
perlahan meneteskan air matanya dengan sangat deras.
Aku
berusaha untuk mencegah mamih agar tidak memaki-maki gadis tersebut. Berbagai
argumen aku lontarkan namun tak juga membuat mamih reda atas kemarahannya itu.
Tiba-tiba saja aku dipaksa oleh mamih untuk pulang kerumah dan meninggalkan
gadis tersebut sendirian di lampu merah kota.
***
Kini
aku berada diruang keluarga yang memang sedang adanya ketegangan diantara Aku
dan Mamih atas perbedaan pandangan hidup yang diyakini. Suasana didalam rumah
pun terasa bagai dineraka karena tak habis-habisnya mamih mengatur seluruh
hidupku padahal bukan itu yang aku harapkan. Mamih benar-benar membatasi ruang
gerakku dengan mencoba menyibukkan aktivitasku. Aku hanya boleh menemui seseorang
yang dikehendaki,yaitu hanya Sella yang boleh menemuiku.
Aku
benar-benar stress berat saat menghadapi kenyataan hidup yang bertolak belakang
denganku ini. Apalagi saat ku mengetahui jika kini aku harus dikawal bila ingin
pergi keluar rumah ataupun bekerja. Karena merasa sangat tertekan, tiba-tiba saja aku harus mengalami
muntah darah dan seluruh badanku lemas total. Dan kini aku hanya bisa
menghabiskan waktuku diatas kasur sambil menatap kearah jendela dengan pikiran
kosong.
Selama
berhari-hari aku tak mau makan dan melakukan apapun. Sakitku semakin menjadi karena
tak bisa menjalani hidup apa adanya dan adil. Aku benar-benar benci hidupku
yang sekarang. Emosiku kini tak bisa terkendali disaat semua yang kujalani
terasa terkekan dengan beratnya.
Pada
sore harinya Mamih memasuki kamarku dan mencoba menyapaku dengan lembutnya. Aku
benar-benar enggan melihatnya apalagi sampai berbicara dengannya. Didalam lubuk
hatiku yang terdalam aku berlirih dengan penuh kesedihan,”Miihh...bukan ini
kasih sayang yang Joe harapkan dari mamih..bukan ini kasih sayang yang selama
ini Joe cari dari mamih...keinginan Joe hanya satu,yaitu mamih selalu ada waktu
bagi Joe,dan mamih selalu mensuport Joe dalam hal positif”. Tak kusangka aku
pun tak kuasa membendung air mata yang selama ini kupendam dengan berat.
Sang
mamih pun tak henti-hentinya membicarakan masa depanku yang menurutnya cocok
dengan Sella. Mamih juga berjanji akan membebaskanku dari jeratan hukum asalkan
aku meyetujui akan menikahi Sella dibulan yang ditentukan olehnya. Tak lama
kemudian datanglah Sella menemui kami berdua dengan jurus Ular derik yang ia
punya. Secara mengejutkan Mamih pun meninggalkan aku dan Sella berdua dikamar
dengan alasan ia akan shopping. Jujur saja aku benar-benar kecewa atas perilaku
Mamih yang sepertinya terhasut oleh...
Selepas
Mamih pergi, Aku dan Sella pun mulanya hanya berdiam diri dengan keheningan.
Namun Sella pun membuka pembicarannya dengan membahas berbagai skenario yang
harus kulakoni dibawah komando dia sendiri. Akan tetapi aku tak merespon apapun
setiap perkataan yang keluar dari mulut Sella. Sella itu seorang anak Tentara
yang bapaknya adalah seorang Jendral besar di kota ini. Namun tujuan Sella
hanya satu pada keluargaku,yaitu....
Merasa
kesal karena tak memberikan respon apapun,akhirnya Sella pun menikamku dari
belakang dan segera menancapkan jarum suntik dileherku secara asal. Spontan aku
menjerit kesakitan disaat Sella memberikanku obat suntik yang entah apa itu.
Secara perlahan pandanganku menjadi kabur yang ternyata aku langsung tak
sadarkan diri. Dengan gesit Sella pergi meninggalkanku sendirian dikamar.
Setelah
beberapa Jam kemudian aku terbangun dengan kondisiku kian melemah. Aku berusaha
bangkit dan mencoba untuk keluar menemui seseorang yang lama tak jumpa
dengannya. Aku benar-benar ingin menemuinya sekarang,aku benar-benar ingin
melihat senyumannya dan mendengar simphony Biolanya. Saat ini aku sedang
mencari cara untuk keluar dari rumah dan menemui gadis itu karena memang
penjagaan diluar begitu ketat. Akan tetapi secara tiba-tiba tanganku ditarik
oleh seorang pria baik hati yang sering ku sebut Om.
Aku
dibawa olehnya ke garasi mobil dan masuk mobil dengan penyamaran yang rapih.
Alhasil aku dapat keluar bersama Omku yang ternyata dia selalu men-suport ku
dalam hal apapun. Segera ku mengunjungi pantai dimana pertama kali aku
mendengar alunan biolanya tersebut. Kini pandanganku seolah tak henti-hentinya
menatap gadis yang ternyata dia sedang berada dipinggir pantai tepat dimana dia
duduk memainkan biolanya disampingku. Aku berusaha turun dari Mobil dibantu
oleh Omku menuju dimana gadis itu duduk.
Kusapa
dia dengan penuh kebahagiaan dan pengorbanan. Kupeluk dia seolah batas suci itu
terkikis oleh rasa legaku saat berjumpa dengan gadis didikan alam tersebut. Air
mata kebahagiaan kini menetes dengan deras menyebrangi hamparan pipiku yang
terlihat kurus. Gadis itu pun mengumbar senyuman manisnya dan sedikit terkaget
melihat kondisi fisikku yang memburuk. “Joe...wajahmu begitu
pucat,istirahatlah”
Aku
menatap wajah gadis itu dengan pancaran kebahagiaan didada. “Aku akan Istirahat
disampingmu sambil mendengarkan alunan-alunan melody biolamu itu,dan aku mohon
agar kau segera memainkan biola tersebut dengan syahdu”. Gadis tersebut segera
memainkan biolanya dengan indah. Alunan-alunan tersebut telah membuat hatiku
tenang. Aku pun merebahkan kepala dan tubuhku
pada paha gadis tersebut secara perlahan. Sehingga aku terbaring dengan
beralaskan pasir putih pantai. Dan Kini aku dapat menatap wajahnya dengan
lembut. Kini aku dapat mendengarkan simphony tersebut dengan jelas. Dan aku
benar-benar bahagia dapat bertemu dengan gadis yang selama ini ku sebut sang Maestro
Alam dan aku akan mengenangnya didalam sanubari untuk selamanya...
“The
end”
0 komentar:
Posting Komentar