Cerpen "Sang Maestro Alam"


Sang Maestro Alam 
                                                              Karya: Aaf Mahfudli Firdaus
 
Sebut saja aku Joe. Aku seorang vocalis salah satu band ternama di Indonesia. Aku kaya,ganteng,populer,di incar banyak wanita dan pastinya aku dapat dengan mudah mendapatkan semua yang kuinginkan. Namun hanya satu keinginan yang sulit untuk aku dapatkan. Yaitu cinta dan kasih sayang dari kedua orang tuaku.

Mamih…dalam kesehariannya beliau selalu sibuk dengan semua aktivitasnya yang padat. Seperti : Arisan,Bisnisnya yang mulai berkembang,salon,fitness dan masih banyak lagi aktivitas yang beliau lakoni diluar sana. Ia juga orang yang menjodohkanku dengan Sella.

Papih…dalam kesehariannya, beliau selalu menghabiskan sepertiga waktunya dikantor.  Beliau juga selalu tidak mempunyai waktu luang dengan keluarga, karena memang hidup beliau di kantor. Berbagai aktivitas dijalani oleh beliau seperti meeting dengan klien-lah,kerja lemburlah,kejar tender-lah dan masih banyak lagi aktivitasnya yang super banyak dan numpuk.

Aku.....Tak mau kalah dengan mereka, Aku dapat menghabiskan hampir seluruh waktuku berada diluar rumah. Seperti : Konser tour keliling kota,promo album,syuting video clip,terkadang pula ada tawaran syuting iklan yang menawariku untuk menjadi modelnya,itulah kegiatanku yang padat dan melelahkan. Namun jika ada waktu luang aku selalu memakainya untuk mengunjungi bar-bar ternama dikota ini atau bahkan ikut trek balapan liar yang diadakan pada malam tertentu.

***

Suatu hari disaat sang mentari memancarkan sinar hangatnya,dan merasuki setiap sudut kamar. Aku mulai membuka mata, melihat cakrawala, sambil memandangi kondisi sekitar. Namun Aku langsung terkejut, mendapati diriku tidur tanpa busana. Aku mulai ingat kejadian-kejadian apa sajakah yang menimpaku semalam. Lalu Aku tersentak saat menoleh kearah samping kiri terdapat Sella yang masih terlelap dalam tidurnya. Seketika saja aku merasa syok mengingat Sella adalah wanita yang benar-benar kubenci akhir-akhir ini. Ingin rasanya aku membunuh gadis berhati iblis tersebut mengingat berbagai peristiwa yang menyesakkan hati saat berinteraksi dengannya.

Karena tidak ingin terjadi hal-hal yang diinginkan, Aku pun langsung memakai semua busanaku dan bangkit dari tempat tidur. Mengingat pagi ini aku ada jadwal konser disalah satu stasiun swasta ternama di negeri ini.

Kring…kring…kring…suara ringtone handphone pun berdering,pertanda ada panggilan masuk. Segera aku ambil handphone tersebut dan tertera nama Deni,

“Hallo…ada apa Den?”

“Woooyyy dimana loe?Gila udah jam berapa nih?cepetan kesini,betah banget berduaan sama si Sella,niat kerja kagak loe?”

“Iya-iya sorry sob,Gue On the way deh tapi tunggu bentar ya lima menit lagi soalnya belum mandi,habis semalem pusing banget”

“Halahhhhhhhhhhh….pusing segala,kelamaan bergerilia sih semalem,hahahahaha,loe mandi atau nggak sama aja,bau..pokoknya loe harus nyampe disini sepuluh menit sebelum acara dimulai,kalau nggak gue gak jamin pak produser bakal ngomelin loe”

“Whahhh kampret loe…tapi masa gue tampil bau gini sih?”

“Gue dan anak-anak gak mau tahu pokoknya, kalau loe gak mau kenapa-kenapa dengan karier loe..loe datang on time”

Tuttt…tutttt…handphone pun menjadi hening.

Tanpa basa-basi Aku pun langsung pergi meninggalkan hotel dengan pakaian seadanya menuju acara dimana teman-teman bandku berada. Tak lupa aku mengganti kaos yang kupakai dengan kaos yang selalu kubawa didalam mobil. Setelah merasa semua prepare yang kulakukan selesai,langsung ku mulai menancapkan gas mobil dengan gesit.

Didalam perjalanan aku sempat merasa bosan dan untuk membuang hal tersebut segera aku mengambil taking vocal sambil latihan sebelum manggung. Dengan menyanyikan sebuah lagu andalan yang dibuat oleh Deni, tiba-tiba saja suaraku berubah menjadi serak-serak payau dan nyaris habis. Aku syok saat mengetahui keadaan suaraku saat ini. Bagaimana mungkin aku dapat bernyanyi dengan suara seperti ini? Terbesit sebuah ingatan yang mengingatkanku bahwa tadi malam aku diberi sebuah minuman oleh Sella yang entah apakah itu.
            kuraih handphone BB milikku yang tergeletak dijok sebelahku. Kucari dikontak sebuah nama yang aku muak melihatnya. Sella
,ya dialah yang akan kuhubungi.

“Hello…hy sayang,ada apa?kangen ya?ikh kamu kok ninggalin aku sih?”(Sella)

“Heh…Loe jangan so’pura-pura manis ya?udah deh gue to the point saja,loe apain suara gue?loe kasih minum apa gue semalem?”(Aku)

“Oh itu?bukan apa-apa kok,hanya minuman yang, apa ya?mmhhh gitu deh”,(Sella)

“Dasar cewek ular loe...apa sih mau loe?”(Aku)

“Jangan pernah sesekali berkata kasar kepadaku, karena Sella tidak akan pernah kehilangan akal untuk menghancurkan setiap orang yang kau sayangi”(Sella)

“Loe boleh mencoba ngehancurin semua yang gue punya,tapi ingat jangan pernah loe melukai ataupun menyentuh keluarga gue”(Aku)

“Gak usah banyak bacot,ikuti semua skenario gue”(Sella)

            Telpon pun langsung aku banting ke jok mobil samping kiriku,karena memang Sella selalu membuatku kesal. Aku benar-benar tak habis pikir dengannya. Karena dia selalu menjadi bayang-bayang didalam hidupku. Semua harta hasil jerih payahku hampir separuhnya diambil oleh wanita itu. Aku benar-benar sulit untuk melepaskan diri dari belenggunya, karena ia dapat dengan mudah menghasut semua orang yang dia kenal. Seribu cara telah aku lewati untuk menjauhkan diri dari Sella tetapi tetap saja aku merasa semua usahaku itu nihil.

            Akan tetapi ketikaku ingat akan sesuatu hal,jantungku terasa terhentak memikirkan hal tersebut. Dompetku, ya dompetku ternyata tertinggal dikamar hotel semalam. Pikiran burukku terus saja menghantui segala yang ada pada sisi negatif Sella. Semua tabungan hasil kerja kerasku hilang sudah karena Sella mengetahui nomor pin ATM-ku. Ia juga pasti dengan bebas memakai kartu kredit banking yang tersedia didalam dompetku. Aku harus secepatnya memblokir semua kartu yang ada didalam dompetku.

            Semua pikiran itu terus saja mengelilingi otakku yang seakan-akan beban otakku semakin bertambah. Bahkan saat ini pun aku sampai lupa bahwa aku ada konser manggung diacara televisi swasta. Tiba-tiba munculah seorang gadis yang berpenampilan lusuh dan berjalan pincang menyebrang jalan secara mendadak. Spontan Aku kaget disertai panik yang akhirnya aku melakukan banting stir kiri dengan cukup keras. Peristiwa itu terasa begitu cepat hingga akhirnya mobil yang kukendarai menabrak sebuah trotoar dan berhenti setelah menghantam sebuah tiang penyangga jalan layang.

            Aku bersyukur kali ini aku masih diberikan umur panjang oleh Allah Swt, Tuhan yang  maha kuasa atas segala sesuatu yang ia kehendaki. Bemper depan mobilku remuk serta mengeluarkan asap tebal dari dalam mesin mobil. Segera aku keluar mobil dan menghampiri gadis pincang yang berpakaian lusuh itu. Panjang lebar aku memaki-maki dan memarahi gadis yang kurasa seumuran denganku itu.

            Dengan sorot mata yang penuh luapan emosi aku pun menatapnya tajam,“Loe mau bunuh diri, tiba-tiba nyebrang gitu aja?hah?kalau jalan pakai mata dong,jangan mentang-mentang loe pincang dan gembel, gue tiba-tiba simpatik sama loe ya?”

            Kulihat gadis tersebut merasa bersalah sambil menundukkan wajahnya kebawah,“Ma...ma...maafkan saya mas,saya tadi buru-buru dan tidak hati-hati...saya mengaku salah”

            Aku berkata pada gadis itu dengan nada yang tinggi dan serak-serak payau,“Apa?cuman minta maaf doang?ehhh loe ngomong pake otak ya?loe tahu gak berapa kerusakan yang harus gue ganti sekarang,hanya gara-gara keteledoran loe yang gak guna sama sekali?”

Aku pun habis-habisan memaki gadis yang berpenampilan sederhana dan usang tersebut. Namun tak lama kemudian datanglah masa yang sangat banyak mengerumuni kami berdua. Salah seorang ibu-ibu dari masa yang mengerumuni kami tiba-tiba menghampiri. Terlihat raut wajah ibu tersebut memendam rasa amarah padaku,”Hehh...Mas Joe,jangan loe mentang-mentang artis ya?seenaknya menghina orang?biarpun dia serta kami didaerah sini miskin dan bahkan gembel,tapi kami masih punya hati dan bersolidaritas tinggi”

Aku pun menghampiri ibu-ibu bertubuh gemuk tersebut dengan suara yang nyaris habis,”Tapi dia salah bu,asal ibu tahu saja kalau dia tertabrak bagaimana?mana saya buru-buru lagi sekarang..Ibu mau mengambil resiko semua ini?”

Ekspresi kemarahan ibu-ibu tersebut semakin menjadi,aku pun langsung disemprot olehnya,”Hehhh mas Jaga sikap dong,kalau mas masih saja memperpanjang perkara ini,saya jamin orang-orang yang hadir saat ini tidak akan tinggal diam”

Satu-satunya jalan yang kuhadapi melawan masa tersebut hanyalah diam dan pasrah. Mungkin hari ini adalah hari kesialanku. Tak lama kemudian sebuah nada dering pertanda telpon masuk muncul di hpku. Tertera nama manager yang langsung ku angkat.

Didalam percakapan tersebut sang manager terus saja memarah-marahiku karena memang aku sedang ada perkara. Aku sudah berusaha menjelaskan apa yang menimpaku saat ini pada sang manager tapi dia bilang,penonton tidak mau tahu apa yang terjadi pada idolanya sekarang. Bahkan sang Produserku pun mengancam akan memecatku jika aku tak hendak datang dalam waktu setengah jam kedepan. Aku sempat menepuk jidat saat mendengar pernyataan tersebut. Mengingat berbagai masalah pernah aku alami yang membuat produserku berulang kali uring-uringan.

Saatku belum sempat menutup telpon tiba-tiba saja kulihat dua orang polisi menghampiri tkp dimana ku alami kecelakaan. Aku benar-benar lemas saat kejadian itu,apalagi saat salah satu dari dua polisi tersebut menghampiriku dengan sopan.

“Maaf pak,saya bisa lihat surat kelengkapan kendaraan anda?”

“Maaf pak Dompet saya ketinggalan dihotel,”ujarku seadanya,

Setelah itu aku mulai diintrogasi oleh polisi tersebut secara men-detail. Aku hanya bisa menjawab seadanya juga saat pak polisi tersebut berusaha mencari apa penyebabku kecelakaan dan kesalahan tak membawa surat keengkapan kendaraan. Namun tiba-tiba aku merasakan sebuah perasaan yang begitu sedih disaat aku melihat jam tangan yang ternyata, setengah jam telah berlalu dan itu artinya.....

Aku benar-benar menangis penuh kesedihan dikala ingat semua kerja kerasku hancur dalam seketika. Aku tak tahu harus berbicara apalagi saat itu,pikiranku terus saja berputar memikirkan masa depan yang menghantui begitu kelam.

Sementara kulihat Gadis gembel tersebut berusaha menghampiri dan meminta maaf dengan rasa bersalahnya,”Maafkan saya mas,saya tidak sengaja...Pak tolong bebaskan dia,dia tidak bersalah,lagi pula saya juga sehat walafiyat tidak ada luka apapun. Saya mohon pak lepaskan saja,Saya juga mengakui ini keteledoran saya”

Pak Polisi dengan bijaknya berkata,”Maaf mbak,ini bukan soal keteledoran anda. Tapi saudara ini tidak hati-hati,membahayakan banyak orang,tidak membawa surat-surat,serta merusak fasilitas umum,makanya perlu dipertimbangkan”

Setelah sekian menit pemeriksaan yang membuat jalanan macet akhirnya aku pun digelandang ke kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sepertinya kesialan ini belum juga berakhir. Karena tak lama setelah kejadian tersebut,Pihak televisi swasta menuntutku untuk mengganti rugi atas batalnya konser band-ku yang seharusnya digelar beberapa hari yang lalu. Pihak stasiun televisi swasta tersebut menuntutku agar mengembalikan honor yang telah diberikan sebesar 2x lipat.

Seminggu kemudian aku pun masih dalam proses sidang sehingga aku belum diputuskan untuk ditahan atau tidak. Dihari itu aku pun mengunjungi sebuah pantai yang berada dikota kelahiranku ini.

Setapak demi setapak hamparan pasir putih tersebut, ku lalui dengan menelusuri indahnya setiap langkah dan segarnya udara dipagi hari. Kini ku mencoba berdiri, menikmati aroma laut yang begitu menusuk raga,memandang senja,menghiasi cakrawala,serta membelah samudera. Ombak laut menghilir mudik,bergulung-gulung seolah tak ada henti-hentinya mengejar sebuah impian dan angan yang tiada tara.

Ya Allah...Salah apakah aku ini? Kau berikanku cobaan yang begitu berat. Kau ambil semua harta hasil jerih payahku selama ini dengan cepat,kau ambil semua pekerjaanku,kau ambil semua yang ku cita-citakan. Bencikah kau pada hamba-Mu yang lemah ini? Kini aku sudah tidak tahu lagi apa itu arti hidup yang sebenarnya?

Aku pun berusaha memejamkan mata,merasakan suara-suara alam yang begitu menyeruak tabir kehidupan. Menghirup semilir angin dan merasakan kesegaran yang menyejukkan qalbu. Terdengarlah sebuah alunan-alunan simphony yang begitu meresap jiwa menggetarkan emosi didada. Alunan-alunan tersebut kian terpancar dengan semerbak-semerbak melodi yang menenangkan hati.

Kini aku berusaha membuka mataku secara perlahan dan berusaha untuk mencari siapakah sang Maestro yang memainkan alunan-alunan tersebut? Aku berjalan mengikuti alunan simphony yang semakin lama semakin mewarnai indahnya hidup ini.

Senyum kebahagian kini tersungging diantara sudut bibirku. Nampaklah seorang gadis belia sedang duduk memandangi laut sambil tangannya yang mungil terus saja memainkan snar-snar biola yang begitu syahdu. Didalam hati kecilku berkata,”Inikah sang Maestro tersebut?”

Aku menghela nafas dalam-dalam sambil mencoba duduk disebelah gadis yang kini kusebut Maestro didikan alam. Lalu Ku mencoba menyapa gadis berjilbab panjang dengan pakaiannya yang serba tertutup itu. Namun secara tiba-tiba hatiku merasakan hal miris saat melihat pakaian yang dikenakan sang maestro alam tersebut, benar-benar lusuh dan tak layak pakai. Tapi Sorot mataku terus saja memandang seluruh gerak-geriknya yang terlihat begitu sederhana namun indah. Hatiku yang entah mengapa begitu terasa nyaman saat berada disampingnya. “Hay...Alunan biolamu bagus,aku takjub mendengarnya, boleh aku berkenalan?”

Gadis itu pun menoleh kearahku dengan lembutnya. Akantetapi aku begitu syok saat mengetahui jika gadis tersebut ternyata gadis yang sempat menyebabkan aku kecelakaan. Astaga,dunia ini terasa begitu sempit bagaikan seluas daun kelor. Tapi kini aku tak ingin memaki-makinya karena aku sadar jika aku salah menilai gadis yang sangat kukagumi ini.

Segera aku meminta maaf kepadanya,atas apa yang telah aku lakukan selama ini, karena memang aku ingin berteman dengannya. Dan aku merasa lega disaat mengetahui jika gadis itu bersedia menjadi sahabatku untuk selamanya.

Alhasil, berhari-hari kemudian aku pun sering menghabiskan waktu bersama gadis sang maestro alam tersebut. Sering aku diajak ngamen bersama dia untuk sekedar mencari nafkah dan itu menjadi pelajaran penting bagiku tentang arti hidup yang sebenarnya. Tak lupa pula aku menyamar menjadi orang lain mengingat jika aku tak seperti itu maka para fans akan menyerbuku tanpa pegawalan ketat. Sempat pikiranku melayang disaat gadis itu memainkan biolanya dengan lembut. Oh Tuhan,kau berikanku seorang peri cantik yang mengajariku tentang pentingnya arti hidup. Kau memberikanku sang Maestro alam yang bersedia mengajariku bagaimana bertahan hidup didalam kerasnya dunia ini.

Kini aku paham bagaimana arti hidup yang sebenarnya. Karena Hidup adalah kesempatan dimana dan bagaimana seseorang itu menggunakan waktu,harta,tahta,serta nyawanya dengan baik. Perlahan hatiku mulai tersentuh atas apa yang gadis itu ajarkan sesuatu yang begitu berharga untukku. Aku sadar bahwa aku ini telah lalai menggunakan waktuku dengan sia-sia. Oleh karena itu aku berusaha untuk bertaubat dan kembali pada jalan yang benar, mengingat telah lama aku meninggalkan sembah sujudku pada Ilahhi Rabbi.

Keesokkan harinya aku kembali menemani gadis sang maestro tersebut  untuk mengamen. Dari bis ke bis kami lalui bersama dengan keceriaan dan canda tawa. Tak lupa kami juga mengamen dari lampu merah satu ke lampu merah yang lainnya seolah tak ada kata lelah dan menyerah menghampiri kami saat itu. Berbagai pelajaran penting telah ku alami hingga ku mengerti bagaimana kerasnya hidup dan susahnya mencari uang.

Akan tetapi disaat aku menemani gadis tersebut untuk mengamen di lampu merah. Secara tiba-tiba aku melihat seorang wanita bertubuh sintal dan tinggi turun dari mobilnya menghampiri kami berdua. Sekilas aku langsung mengenali siapa wanita yang memakai baju glamour dengan kacamata hitam dikepalanya tersebut. Secara perlahan aku mulai melangkahkan kakiku secara mundur. Namun tiba-tiba saja seorang pria telah menangkapku dari arah belakang yang ternyata itu pak Tedjo,supir pribadiku.

Tak kusangka akhirnya wanita yang kupanggil Mamih tersebut langsung memarahiku habis-habisan, melihat ku melakukan pekerjaan menjijikan dimatanya. Tak lupa gadis itu pun menjadi gunjingan pedas sang Mamih yang tak henti-hentinya memaki-maki gadis itu dengan kasar. Kulihat sorot mata gadis itu memancarkan kekecewaan yang teramat pedih padaku. Bola matanya kini dilapisi oleh tetesan air mata yang membendung kesedihan. Bibirnya yang mungil bergetar seolah rasa takut itu terus saja menghantui berbagai pikirannya yang melayang. Tak kuasa atas apa yang ia terima dari perkataan mamih yang menyakitkan hati, gadis tersebut secara perlahan meneteskan air matanya dengan sangat deras.

Aku berusaha untuk mencegah mamih agar tidak memaki-maki gadis tersebut. Berbagai argumen aku lontarkan namun tak juga membuat mamih reda atas kemarahannya itu. Tiba-tiba saja aku dipaksa oleh mamih untuk pulang kerumah dan meninggalkan gadis tersebut sendirian di lampu merah kota.

***

Kini aku berada diruang keluarga yang memang sedang adanya ketegangan diantara Aku dan Mamih atas perbedaan pandangan hidup yang diyakini. Suasana didalam rumah pun terasa bagai dineraka karena tak habis-habisnya mamih mengatur seluruh hidupku padahal bukan itu yang aku harapkan. Mamih benar-benar membatasi ruang gerakku dengan mencoba menyibukkan aktivitasku. Aku hanya boleh menemui seseorang yang dikehendaki,yaitu hanya Sella yang boleh menemuiku.

Aku benar-benar stress berat saat menghadapi kenyataan hidup yang bertolak belakang denganku ini. Apalagi saat ku mengetahui jika kini aku harus dikawal bila ingin pergi keluar rumah ataupun bekerja. Karena merasa sangat tertekan, tiba-tiba saja aku harus mengalami muntah darah dan seluruh badanku lemas total. Dan kini aku hanya bisa menghabiskan waktuku diatas kasur sambil menatap kearah jendela dengan pikiran kosong.

Selama berhari-hari aku tak mau makan dan melakukan apapun. Sakitku semakin menjadi karena tak bisa menjalani hidup apa adanya dan adil. Aku benar-benar benci hidupku yang sekarang. Emosiku kini tak bisa terkendali disaat semua yang kujalani terasa terkekan dengan beratnya.

Pada sore harinya Mamih memasuki kamarku dan mencoba menyapaku dengan lembutnya. Aku benar-benar enggan melihatnya apalagi sampai berbicara dengannya. Didalam lubuk hatiku yang terdalam aku berlirih dengan penuh kesedihan,”Miihh...bukan ini kasih sayang yang Joe harapkan dari mamih..bukan ini kasih sayang yang selama ini Joe cari dari mamih...keinginan Joe hanya satu,yaitu mamih selalu ada waktu bagi Joe,dan mamih selalu mensuport Joe dalam hal positif”. Tak kusangka aku pun tak kuasa membendung air mata yang selama ini kupendam dengan berat.

Sang mamih pun tak henti-hentinya membicarakan masa depanku yang menurutnya cocok dengan Sella. Mamih juga berjanji akan membebaskanku dari jeratan hukum asalkan aku meyetujui akan menikahi Sella dibulan yang ditentukan olehnya. Tak lama kemudian datanglah Sella menemui kami berdua dengan jurus Ular derik yang ia punya. Secara mengejutkan Mamih pun meninggalkan aku dan Sella berdua dikamar dengan alasan ia akan shopping. Jujur saja aku benar-benar kecewa atas perilaku Mamih yang sepertinya terhasut oleh...

Selepas Mamih pergi, Aku dan Sella pun mulanya hanya berdiam diri dengan keheningan. Namun Sella pun membuka pembicarannya dengan membahas berbagai skenario yang harus kulakoni dibawah komando dia sendiri. Akan tetapi aku tak merespon apapun setiap perkataan yang keluar dari mulut Sella. Sella itu seorang anak Tentara yang bapaknya adalah seorang Jendral besar di kota ini. Namun tujuan Sella hanya satu pada keluargaku,yaitu....

Merasa kesal karena tak memberikan respon apapun,akhirnya Sella pun menikamku dari belakang dan segera menancapkan jarum suntik dileherku secara asal. Spontan aku menjerit kesakitan disaat Sella memberikanku obat suntik yang entah apa itu. Secara perlahan pandanganku menjadi kabur yang ternyata aku langsung tak sadarkan diri. Dengan gesit Sella pergi meninggalkanku sendirian dikamar.

Setelah beberapa Jam kemudian aku terbangun dengan kondisiku kian melemah. Aku berusaha bangkit dan mencoba untuk keluar menemui seseorang yang lama tak jumpa dengannya. Aku benar-benar ingin menemuinya sekarang,aku benar-benar ingin melihat senyumannya dan mendengar simphony Biolanya. Saat ini aku sedang mencari cara untuk keluar dari rumah dan menemui gadis itu karena memang penjagaan diluar begitu ketat. Akan tetapi secara tiba-tiba tanganku ditarik oleh seorang pria baik hati yang sering ku sebut Om.

Aku dibawa olehnya ke garasi mobil dan masuk mobil dengan penyamaran yang rapih. Alhasil aku dapat keluar bersama Omku yang ternyata dia selalu men-suport ku dalam hal apapun. Segera ku mengunjungi pantai dimana pertama kali aku mendengar alunan biolanya tersebut. Kini pandanganku seolah tak henti-hentinya menatap gadis yang ternyata dia sedang berada dipinggir pantai tepat dimana dia duduk memainkan biolanya disampingku. Aku berusaha turun dari Mobil dibantu oleh Omku menuju dimana gadis itu duduk.

Kusapa dia dengan penuh kebahagiaan dan pengorbanan. Kupeluk dia seolah batas suci itu terkikis oleh rasa legaku saat berjumpa dengan gadis didikan alam tersebut. Air mata kebahagiaan kini menetes dengan deras menyebrangi hamparan pipiku yang terlihat kurus. Gadis itu pun mengumbar senyuman manisnya dan sedikit terkaget melihat kondisi fisikku yang memburuk. “Joe...wajahmu begitu pucat,istirahatlah”

Aku menatap wajah gadis itu dengan pancaran kebahagiaan didada. “Aku akan Istirahat disampingmu sambil mendengarkan alunan-alunan melody biolamu itu,dan aku mohon agar kau segera memainkan biola tersebut dengan syahdu”. Gadis tersebut segera memainkan biolanya dengan indah. Alunan-alunan tersebut telah membuat hatiku tenang. Aku pun merebahkan kepala dan tubuhku  pada paha gadis tersebut secara perlahan. Sehingga aku terbaring dengan beralaskan pasir putih pantai. Dan Kini aku dapat menatap wajahnya dengan lembut. Kini aku dapat mendengarkan simphony tersebut dengan jelas. Dan aku benar-benar bahagia dapat bertemu dengan gadis yang selama ini ku sebut sang Maestro Alam dan aku akan mengenangnya didalam sanubari untuk selamanya...

The end

0 komentar:

Posting Komentar